Holisme adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa sistem alam semesta, baik yang bersifat fisik, kimiawi, hayati, sosial, ekonomi, mental-psikis, dan kebahasaan, serta segala kelengkapannya harus dipandang sebagai sesuatu yang utuh dan bukan merupakan kesatuan dari bagian-bagian yang terpisah. Sistem alam tidak dapat dipahami apabila kita mempelajarinya dengan cara memisahkan bagian-bagiannya: sistem harus dipelajari secara utuh sebagai suatu kesatuan.
Lawan dari holisme adalah reduksionisme, yaitu suatu paham yang menyatakan bahwa suatu sistem yang kompleks dapat dijelaskan dengan cara mempelajari hal-hal yang menjadi dasar sistem tersebut (reduction). Misalnya, suatu proses biologis dapat dijelaskan melalui proses kimiawi. Lalu proses kimiawi tersebut dapat diterangkan melalui proses fisika. Akibatnya, proses fisika dapat menjelaskan proses kimiawi yang menjadi dasar terjadinya proses biologis.
Holisme adalah suatu paham bahwa suatu sistem tidak bisa dipandang dari bagian-bagiannya saja. Sistem secara keseluruhan mempengaruhi bagaimana bagian bekerja. Diambil dari kata Holos yang artinya “Total” atau “semua”. Prinsip Holisme sendiri diutarkan dengan indah oleh Aristoteles “keseluruhan lebih dari bagian dari anggota-anggotanya” Kata holisme ini sendiri pertamakali digunakan Jan Smuts tahun 1926.
Ruggerio memunculkan “PendekatanHOlistik dalam Pengajaran Berpikir – The Holistik Approach to the Teaching of thinking”. Menurut dia, ada dua keuntungan pembelajaran yang dapat diperoleh, jika model pembelajaran holistic ini dirancang baik, yaitu “ (1) Sebuah model holistic mencakup produksi, evaluasi ide dan mahasiswa hadir dengan kesatuan koheran pendekatan sekuensial yang berpikir produktif. (2) Sebuah model berpikir holistic cocok berpikir lebih luas situasi daripada model kreatif atau model kritis.
Pendekatan holistic ini, dalam setiap tahapan mendorong pembelajar untuk menggunakan pengetahuam dan pengalaman lampaunya yang kemudian dengan secara aktif sendiri atau bersama kelompok dipandu oleh guru menemukan dan membangun pengetahuan, konsep-konsep dari materi yang diajarkan. Dalam kegiatan ini kesempatan pembelajar untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya. Model Pengajaran berpikir dengan pendekatan holistic ini, adalah satu pilihan yang mempertemukan pengajaran berpikir kritis dan kreatif, dengan tigaaa kegiatan utama berpikir yaitu mengambil keputusan, pemecahan masalah dan analisis isu (Ruggiero, 1988:2).
Teori behavioristic cenderung mengarahkan pembelajar untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan ataushaping, yaitu membawa pembelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak factor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Jadi dari kedua teori diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir Holistik lebih efektif dari berpikir linier reduction karena Model Pengajaran berpikir dengan pendekatan holistic ini, adalah satu pilihan yang mempertemukan pengajaran berpikir kritis dan kreatif, dengan tiga kegiatan utama berpikir yaitu mengambil keputusan, pemecahan masalah, dan analisis isu. Sedangkan model pengajaran dengan berpikir linier reduction, pembelajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pembelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar